LAPORAN BOBOT JENIS DAN KERAPATAN

BAB I

  PENDAHULUAN

  1. 1.  Latar Belakang

Pengetahuan tentang massa jenis dalam sebuah praktikum sangat penting mengingat bahwa pengetahuan tentang massa jenis akan selalu kita butuhkan dan selalu kita gunakan dalam praktikum lanjutan atau dalam pengaplikasiannya dalam penelitian.

Pengidentifikasian suatu zat kimia dapat diketahui berdasarkan sifat-sifat yang khas dari zat tersebut. Sifat-sifat tersebut dapat dibagi dalam beberapa bagian yang luas. Salah satunya ialah sifat intensif dan sifat ekstensif. Sifat tekstensif adalah sifat yang tergantung dari ukuran sampel yang sedang diselidiki. Sedangkan sifat intensif adalah sifat yang tidak tergantung dari ukuran sampel. Kerapatan atau densitas merupakan salah satu dari sifat intensif. Dengan kata lain, kerapatan suatu zat tidak tergantung dari ukuran sampel.

Untuk menentukan massa benda dapat dilakukan dengan menimbang benda tersebut dengan timbangan yang sesuai, seperti neraca analitik atau yang lainnya.

Berat jenis didefinisikan sebagai perbandingan kerapatan dari suatu zat terhadap kerapatan air, harga kedua zat itu ditentukan pada temperatur yang sama, jika tidak dengan cara lain yang khusus. Istilah berat jenis, dilihat dari definisinya, sangat lemah; akan lebih cocok apabila dikatakan sebagai kerapatan relatif.

Cara penentuan bobot jenis ini sangat penting diketahui oleh seorang calon farmasis, karena dengan mengetahui bobot jenis kita dapat mengetahui kemurnian dari suatu sediaan khususnya yang berbentuk larutan.

Air digunakan untuk standar untuk zat cair dan padat, hidrogen atau udara untuk gas. Dalam farmasi, perhitungan berat jenis terutama menyangkut cairan, zat padat dan air merupakan pilihan yang tepat untuk digunakan sebagai standar karena mudah didapat dan mudah dimurnikan.

Disamping itu dengan mengetahui bobot jenis suatu zat, maka akan mempermudah dalam memformulasi obat. Karena dengan mengetahui bobot jenisnya maka kita dapat menentukan apakah suatu zat dapat bercampur atau tidak dengan zat lainnya. Dengan mengetahui banyaknya manfaat dari penentuan bobot jenis maka percobaan ini dilakukan.

  1. Tujuan Praktikum

Adapun tujuan dari praktikum ini adalah :

Menentukan bobot jenis beberapa cairan (Anonim, 2013)

Menentukan kerapatan beberapa padatan (Anonim, 2013)

 

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

  1. 1.  Dasar Teori

Bobot jenis adalah rasio bobot suatu zat terhadap bobot zat baku yang volumenya sama pada suhu yang sama dan dinyatakan dalam desimal.  Penting untuk membedakan antara kerapatan dan bobot jenis. Kerapatan adalah massa per satuan volume, yaitu bobot zat per satuan volume. Misalnya, satu mililiter raksa berbobot 13,6 g, dengan demikian kerapatannya adalah13,6 g/mL. Jika kerapatan dinyatakan sebagai satuan bobot dan volume, maka bobot jenis merupakan bilangan abstrak. Bobot jenis menggambarkan hubungan antara bobot suatu zat terhadap sebagian besar perhitungan dalam farmasi dan dinyatakan memiliki bobot jenis 1,00. Sebagai perbandingan, bobot jenis gliserin adalah 1,25 , artinya bobot gliserin 1,25 kali bobot volume air yang setara, dan bobot jenis alkohol adalah 0,81 , artinya bobot jenis alkohol 0,81 kali bobot volume air yang setara. (Ansel, 2006)

Zat yang memiliki bobot jenis lebih kecil dari 1,00 lebih ringan daripada air.

Zat yang memiliki bobot jenis lebih besar dari 1,00 lebih berat daripada air.

Bobot jenis dinyatakan dalam desimal dengan beberapa angka di belakang koma sebanyak akurasi yang diperlukan pada penentuannya. Pada umumnya, dua angka di belakang koma sudah mencukupi. Bobot jenis dapat dihitung, atau untuk senyawa khusus dapat ditemukan dalam United States Pharmacopeia (USP) atau buku acuan lain. (Ansel, 2006) Bobot jenis suatu zat dapat dihitung dengan mengetahui bobot dan  volumenya, melalui persamaan berikut (Ansel, 2006) :

 

Dalam persamaan ini, penting untuk menggunakan satuan bobot yang sama untuk pembilang dan penyebut, umumnya gram, sehingga satuan akan hilang dan hasilnya akan berupa bilangan abstrak. Selain itu, penting disadari bahwa karena 1 mL air dianggap berbobot 1 g, maka “bobot sejumlah volume air yang setara” pada penyebut adalah angka numerik yang sama dalam mililiter dan gram. Dengan demikian , jika 25 ml suatu zat berbobot 30 g, maka “volume air yang setara” (25 mL) berbobot 25 g dan bobot jenis zat ini dapat dihitung sebagai (Ansel, 2006) :

Dengan mengetahui bobot jenis suatu zat, bobot volumenya atau volume bobotnya dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan diatas.  Misalnya, jika suatu zat mempunyai bobot jenis 0,80 , maka bobot dari 200 mL dapat dihitung sebagai (Ansel, 2006) :

0,80 =

Jika suatu zat memiliki bobot jenis 1,20 , volume 100 g dapat dihitung sebagai: (Ansel, 2006)

120

Karena air merupakan zat baku dalam perhitungan boboott jenis dan 1 mL air dianggap  berbobot 1 g, persamaan berikut ini dapat digunakan untuk menghitung volume dan bobot (Ansel, 2006) :

 

 

Kerapatan adalah massa per unit volume suatu zat pada temperatur tertentu. Sifat ini merupakan salah satu sifat fisika yang paling sederhana dan sekaligus merupakan salah satu sifat fisika yang paling definitive, dengan demikian dapat digunakan untuk menentukan kemurnian suatu zat (Martin, 1993).

Hubungan antara massa dan volume tidak hanya menunjukan ukuran dan bobot molekul suatu komponen, tetapi juga gaya-gaya yang mempengaruhi sifat karakteristik “pemadatan” (“Packing Characteristic”). Dalam sistem matriks kerapatan diukur dengan gram/milimeter (untuk cairan) atau gram/cm2 (Martin, 1993).

Kerapatan dan berat jenis. Ahli farmasi sering kali mempergunakan besaran pengukuran ini apabila mengadakan perubahan antara massa dan volume. Kerapatan adalah turunan besaran karena menyangkut satuan massa dan volume. Batasannya adalah massa per satuan volume pada temperatur dan tekanan tertentu, dan dinyatakan dalam sistem cgs dalam gram per sentimeter kubik (gram/cm3) (Martin, 1993).

Berbeda dengan kerapatan, berat jenis adalah bilangan murni tanpa dimensi, yang dapat diubah menjadi kerapatan dengan menggunakan rumus yang cocok. Berat jenis didefinisikan sebagai perbandingan kerapatan dari suatu zat terhadap kerapatan air, harga kedua zat itu ditentukan pada temperatur yang sama, jika tidak dengan cara lain yang khusus. Istilah berat jenis, dilihat dari definisinya, sangat lemah, akan lebih cocok apabila dikatakan sebagai kerapatan relatif (Martin, 1993).

Berat jenis untuk penggunaan praktis lebih sering didefinisikan sebagai perbandingan massa dari suatu zat terhadap massa sejumlah volume air yang sama pada suhu 4oC atau temperatur lain yang tertentu. Notasi berikut sering ditemukan dalam pembacaan berat jenis: 25oC/25oC, 25oC/4oC, dan 4oC/4oC. Angka yang pertama menunjukkan temperatur udara di mana zat ditimbang; angka di bawah garis miring menunjukkan temperatur air yang dipakai. Buku-buku farmasi resmi menggunakan patokan 25oC /25oC untuk menyatakan berat jenis (Martin, 1993).

Berat jenis dapat ditentukan dengan menggunakan berbagai tipe piknometer, neraca Mohr-Westphal, hidrometer dan alat-alat lain. Pengukuran dan perhitungan didiskusikan di buku kimia dasar, fisika dan farmasi (Martin, 1993).

Rapatan diperoleh dengan membagi massa suatu obyek dengan volumenya. (Martin, 1993) :

(d) =

Suatu sifat yang besarnya tergantung pada jumlah bahan yang sedang diselidiki disebut sifat ekstensif. Baik massa maupun volume adalah sifat-sifat ekstensif. Suatu sifat tergantung pada jumlah bahan adalah sifat intensif. Rapatan yang merupakan perbandingan antara massa dan volume, adalah sifat intensif. Sifat-sifat intensif umumnya dipilih oleh para ilmuwan untuk pekerjaan ilmiah karena tidak tergantung pada jumlah bahan yang sedang diteliti. (Petrucci, 1985)

Pengujian bobot jenis dilakukan untuk menentukan 3 macam bobot jenis yaitu (Lachman, 1994) :

  1. Bobot jenis sejati

Massa partikel dibagi volume partikel tidak termasuk rongga yang terbuka dan  tertutup.

  1. Bobot jenis nyata

Massa partikel dibagi volume partikel tidak termasuk pori/lubang terbuka, tetapi termasuk pori yang tertutup.

  1. Bobot jenis efektif

Massa parikel dibagi volume partikel termausk pori yang tebuka dan tertutup. Seperti titik lebur, titik didih atau indeks bias (bilangan bias). Kerapatan relatif merupakan besaran spesifik zat. Besaran ini dapat digunakan untuk pemeriksan  konsentrasi dan kemurniaan senyawa aktif, senyawa bantu dan sediaan farmasi. (Lachman, 1994)

 

  1. 2.  Uraian Bahan
1 Air suling (Ditjen POM, 1979)
  Nama resmi : Aqua destillata
  Nama lain : Aquadest
  RM / BM : H2O / 18,02
  Bobot jenis : 0,997 g/ml (250C)
  Pemerian : Cairan jernih; tidak berwarna; tidak berbau; tidak mempunyai rasa
  Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
  Kegunaan : Sebagai larutan uji
2 Minyak kelapa (Ditjen POM, 1979)
  Nama resmi : Oleum Cocos
  Nama lain : Minyak kelapa
  BM : 0,845 – 0,905 g/ml
  Bobot jenis : 0,903 g/mL
  Pemerian : Cairan jernih; tidak berwarna atau kuning pucat; bau khas, tidak tengik
  Kelarutan : Larut dalam 2 bagian etanol (95%) P pada suhu 600C; sangat mudah larut    dalam kloroform P dan juga mudah larut dalam eter P.
  Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya, di tempat sejuk.
  Kegunaan : sebagai sampel

 

3 Alkohol (Ditjen POM, 1979)
  Nama resmi : Aethanolum
  Nama lain : Etanol, etil alcohol
  BM/RM : 46, 07 / C2H6O
  Bobot jenis : 0,8119–0,8139 gr/mL
  Pemerian : Jernih, tidak berbau, bergerak, cairan pelarut. Menghasilkan  bau yang khas dan rasa terbakar pada lidah
  Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, dijauhkan dari api
  Kegunaan : Sebagai pembilas piknometer dan gelas ukur.
  1. 3.         
4. Asam borat (Ditjen POM, 1979)
  Nama resmi : ACIDUM BORICUM
  Sinonim : Asam  borat, Asam ortoborat
  BM/RM : H3BO3 / 61,83
  Kerapatan : 1,435 gr/mL
  Pemerian­ : Hablur, serbuk hablur putih atau sisik mengkilap tidak berwarna; kasar; tidak berbau; rasa agak asam dan pahit kemudian manis
  Kelarutan : Larut dalam 20 bagian air, dalam 3 bagian airmendidih,dalam 16 bagian etanol (95 %)p dan    dalam 5 bagian gliserol p
  Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

 

5. Gliserin (Ditjen POM, 1979)
  Nama resmi : GLYCEROLUM
  Sinonim : Gliserin
  BM/RM : C3H8O3 / 92,09
  Bobot jenis : 1,2620 g/mL
  Pemerian : Cairan jernih seperti sirup, tidak berwarna; rasa manis; hanya boleh berbau khas lemah (tajam atau tidak enak). Higroskopik; netral terhadap lakmus.
  Kelarutan : Dalam bercampur dengan air dan dengan etanol; tidak larut dalam kloroform, dalam eter, dalam minyak lemah dan dalam minyak menguap.
  Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
  Kegunaan   Sebagai pelarut
  1. 4.         
6  Parafin (Ditjen POM, 1979)
  Nama resmi : PARAFFINUM
  Sinonim : Parafin
  BM/RM : C3H8O3 / 92,09
  Bobot jenis : 0,84 – 0,89 g/mL
  Pemerian : Hablur tembus cahaya atau agak buram; tidak berwarna atau putih; tidak berbau; tidak berasa; agak berminyak.
  Kelarutan : Tidak larut dalam air dan dalam etanol; mudah larut dalam kloroform, dalam eter, dalam minyak menguap, dalam hampir semua jenis minyak lemak hangat; sukar larut dalam etanol mutlah.
  Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat dan cegah pemaparan terhadap panas berlebih.
  Kegunaan   Sebagai pelarut

 

7  Komposisi sirup Melon ( Marjan) :

–       Gula

–       Air

–       Perisa Melon

–       Sari Buah Melon

–       Pengawet Natrium Benzoat

–       Pengaturan keasamaan

–       Pewarna tartrazin C1 19140

–       Biru berlian C1 42090

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

  1. 5.  Prosedur Kerja

Menentukan Kerapatan Bulk (Anonim, 2013)

  1. Timbang asam borat sebanyak 10 g, kemudian masukkan ke dalam gelas ukur 50 mL.
  2. Ukur volume zat padat.
  3. Hitung kerapatan Bulk menggunakan persamaan 1.e

Menentukan kerapatan mampat (Anonim, 2013)

  1. Timbang zat padat sebanyak 10 gram
  2. Masukkan ke dalam gelas ukur
  3. Ketuk sebanyak 200 kali ketukan
  4. Ukur volume yang terbentuk
  5. Hitung kerapatan mampat dengan persamaan 1.d

Menentukan kerapatan sejati (Anonim, 2013)

  1. Timbang piknometer kosong yang bersih dan kering bersama tutupnya (W1)
  2. Isi piknometer dengan zat padat kira-kira mengisi 2/3 bagian dari volumenya. Timbang piknometer berisi zat padat beserta tutupnya (W3)
  3. Isikan parafin cair perlahan-lahan kedalam piknometer berisi zat padat, kocok-kocok, dan isi sampai penuh sehingga tidak  ada gelembung udara didalamnya.
  4. Timbang piknometer berisi zat padat dan parafin cair tersebut beserta tutupnya (W4)
  5. Bersihkan piknometer dan isi penuh dengan parafin cair hingga tidak ada gelembung didalamnya
  6. Timbang piknometer berisi penuh parafin cair dan tutupnya (W2)
  7. Hitung kerapatan zat meenggunakan persamaan 1.c

Menentukan bobot jenis cairan (Anonim, 2013)

  1. Gunakan piknometer yang bersih dan kering
  2. Timbang piknometer kosong (W1), lalu isi dengan air suling, bagian luar piknometer dilap sampai kering dan ditimbang (W2)
  3. Buang air suling tersebut, keringkan piknometer lalu isi dengan cairan yang akan diukur bobot jenisnya pada suhu yang sama pada saat pengukuran air suling, dan timbang (W3)
  4. Hitung bobot jenis cairan menggunakan persamaan 1.b

 

 

BAB III

CARA KERJA

  1. 1.  Alat dan Bahan

Alat :

Adapun alat-alat yang digunakan pada praktikum ini adalah: piknometer 25 mL, gelas ukur 25 mL, timbangan digital dan pipet tetes.

Bahan :

Adapun bahan-bahan yang digunakanpada praktikum ini adalah: asam borat, parafin cair, alkohol 70 %, minyak kelapa dan air suling.

  1. 2.  Langkah Percobaan

Penentuan Kerapatan bulk

  1. Ditimbang asam borat sebanyak 10 gram,
  2. Dimasukkan ke dalam gelas ukur 50 mL,
  3. Diukur volume zat padat,
  4. Dihitung kerapatan bulk menggunakan persamaan:

 

Penentuan Kerapatan Mampat

  1. Ditimbang zat padat sebanyak 10 gram,
  2. Dimasukkan ke dalam gelas ukur,
  3. Diketuk sebanyak 200 kali ketukan,
  4. Diukur volume yang terbentuk,
  5. Dihitung kerapatan dengan menggunakan persamaan:

 

Penentuan Kerapatan Sejati

  1. Ditimbang piknometer kosong yang bersih dan kering bersama tutupnya (W1),
  2. Diisi piknometer dengan zat padat kira-kira mengisi 2/3 bagian volumenya,
  3. Ditimbang piknometer berisi zat padat beserta tutupnya (W3),
  4. Diisikan parafin cair perlahan-lahan kedalam piknometer berisi zat padat, kocok-kocok, dan isi sampai penuh sehingga tidak ada gelembung udara didalamnya,
  5. Ditimbang piknometer berisi zat padat dan parafin cair tersebut beserta tutupnya (W4),
  6. Bersihkan piknometer dan isi penuh dengan parafin cair hingga tidak ada gelembung didalamnya,
  7. Ditimbang piknometer berisi penuh parafin cair dan tutupnya (W2),
  8. Dihitung kerapatan zat menggunakan persamaan:

 

Penentuan Bobot Jenis Cairan

  1. Digunakan piknometer yang bersih dan kering,
  2. Ditimbang piknometer kosong (W1), lalu diisi dengan air suling, bagian luar piknpmeter dilap sampai kering dan ditimbang,
  3. Dibuang air suling tersebut, dikeringkan piknometer lalu diisi dengan cairan yang akan diukur bobot jenisnya pada suhu yang sama pada saat pengukuran air suling, dan ditimbang,
  4. Dihitung bobot jenis cairan menggunakan persamaan:

 

 

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

  1. 1.  Hasil  dan Perhitungan

Kerapatan Bulk

Bobot Zat ( g )

10 g

Volume Bulk ( ml )

11,5 ml

Kerapatan Bulk (

0,869

 

 

 

Kerapatan Mampat

­­­­­­Bobot zat (gr)

10 gr

Volu­me Mampat (mL)

10,1 mL

Kerapatan Mampat

0,990

 

 

 

 

 

 

Kerapatan Sejati

Bobot Piknometer Kosong (gr)

9,6320 gr

Bobot Pikno + Zat Cair (gr)

31,0016 gr

Bobot Pikno + Zat Padat (gr)

27,0712 gr

Bobot jenis zat padat+cair

38,4291

 

 

 

 

 

Bobot Jenis Zat Cair

  1. 1.    Alcohol 70%

Bobot Piknometer Kosong ( g )

9.6630 g

Bobot Pikno + Air ( g )

35,0525 g

Bobot Pikno + Zat Cair ( g )

34,0548 g

Bobot jenis zat padat + Zat Cair (g/ml)

0,9607 g/ml

 

 

 

 

 

 

  1. 2.    Gliserin

Bobot Piknometer Kosong ( g )

9.6630 g

Bobot Pikno + Air ( g )

35,0525 g

Bobot Pikno + Zat Cair ( g )

32,6729 g

Bobot Pikno + Zat Cair ( g/ml )

0,9062 g/ml

 

 

 

 

 

 

  1. 3.    Minyak Kelapa

Bobot Piknometer Kosong ( g )

9.6630 g

Bobot Pikno + Air ( g )

35,0525 g

Bobot Pikno + Zat Cair ( g )

33,0129 g

Bobot Pikno + Zat Cair ( g/ml )

0,9196 g/ml

 

 

 

 

 

  1. 4.    Sirup Marjan Melon

Bobot Piknometer Kosong ( g )

9.6630 g

Bobot Pikno + Air ( g )

35,0525 g

Bobot Pikno + Zat Cair ( g )

44,4489 g

Bobot Pikno + Zat Cair ( g/ml )

1,3700 g/ml

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

2. Pembahasan

     Bobot jenis adalah rasio bobot suatu zat terhadap bobot zat baku yang volumenya sama pada suhu yang sama dan dinyatakan dalam desimal.  Penting untuk membedakan antara kerapatan dan bobot jenis. Kerapatan adalah massa per satuan volume, yaitu bobot zat per satuan volume. Misalnya, satu mililiter raksa berbobot 13,6 g, dengan demikian kerapatannya adalah13,6 g/mL. Jika kerapatan dinyatakan sebagai satuan bobot dan volume, maka bobot jenis merupakan bilangan abstrak.

Dalam bidang farmasi bobot jenis dan rapat jenis suatu zat atau cairan digunakan sebagai salah satu metode analisis yang berperan dalam menentukan senyawa cair, digunakan pula untuk uji identitas dan kemurnian dari senyawa obat terutama dalam bentuk cairan, serta dapat pula diketahui tingkat kelarutan/daya larut suatu zat.

Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah piknometer. Piknometer digunakan untuk mencari bobot jenis. Piknometer biasanya terbuat dari kaca untuk erlenmeyer kecil dengan kapasitas antara 10ml-50ml.

Untuk melakukan percobaan penetapan bobot jenis, piknometer dibersihkan dengan menggunakan aquadest, kemudian dibilas untuk mempercepat pengeringan piknometer kosong tadi. Pembilasan dilakukan untuk menghilangkan sisa dari permbersihan, karena biasanya pencucian meninggalkan tetesan pada dinding alat yang dibersihkan, sehinggga dapat mempengaruhi hasil penimbangan piknometer kosong, yang akhirnya juga mempengaruhi nilai bobot jenis sampel. Jadi sisa-sisa yang tidak diinginkan dapat hilang dengan baik, baik yang ada di luar, maupun yang ada di dalam piknometer itu sendiri. Setelah piknometer dibersihkan, piknometer kemudian dikeringkan. Setelah kering piknometer ditimbang pada timbangan analitik dalam keadaan kosong. Setelah ditimbang kosong, piknometer lalu diisikan dengan sampel mulai dengan aquadest, sebagai pembanding nantinya dengan sampel yang lain.

Pengisiannya harus melalui bagian dinding dalam dari piknometer untuk mengelakkan terjadinya gelembung udara. Proses pemindahan piknometer harus dengan menggunakan tissue. Akhirnya piknometer yang berisi sampel ditimbang.

Adapun keuntungan dari penentuan bobot jenis dengan menggunakan piknometer adalah mudah dalam pengerjaan. Sedangkan kerugiannya yaitu berkaitan dengan ketelitian dalam penimbangan. Jika proses penimbangan tidak teliti maka hasil yang diperoleh tidak sesuai dengan hasil yang ditetapkan literatur. Disamping itu penentuan bobot jenis dengan menggunakan piknometer memerlukan waktu yang lama.

Penentuan bobot jenis dengan menggunakan hidrometer lebih cepat daripada penentuan bobot jenis dengan  menggunakan piknometer, tetapi biasanya dapat menunjukkan hasil yang tidak tepat.

 

 

Pada praktikum kali ini, percobaan yang dilakukan yaitu penentuan bobot jenis dan kerapatan zat. Pada percobaan penentuan kerapatan zat, bahan yang dipakai yaitu asam borat sebanyak 10 g. Percobaan kali ini dilakukan untuk menentukan kerapatan bulk, mampat dan kerapatan sejati. Pada kerapatan bulk, tidak diberi perlakuan apapun, zat yang akan dihitung kerapatannya langsung dimasukkan ke dalam gelas ukur untuk mengukur volume bulk. Selanjutnya dihitung kerapatan bulk. Berbeda dengan kerapatan bulk, pada kerapatan sejati memiliki perlakuan khusus, untuk memampatkan zat, gelas ukur diketuk sebanyak 200 ketukan hingga zat yang ada di dalam gelas ukur menjadi mampat, kemudian diukur volume mampatnya. Selanjutnya dihitung kerapatan mampat. Untuk kerapatan sejati, asam borat yang dimasuk kedalam piknometer diisi dengan paraffin cair. Keberadaan paraffin cair untuk melarutkan asam borat. Selanjutnya hitung kerapatan sejatinya.

Berdasarkan hasil percobaan diperoleh hasil perhitungannya yaitu untuk kerapatan bulk dengan sampel asam borat kerapatan bulknya adalah 0,869 g/ml, untuk kerapatan mampat dengan sampel asam borat adalah 0,990 g/ml dan kerapatan sejati dengan sampel asam borat dan paraffin cair adalah 1,7418 g/ml. Berdasarkan literatur, kerapatan asam borat adalah 1,435. Jika dibandingkan antara hasil yang diperoleh dengan literatur, selisih perbedaannya yaitu 0,3068.

Percobaan selanjutnya yaitu penentuan bobot jenis zat cair. Alat yang digunakan untuk menentukan bobot jenis zat cair yaitu piknometer. Untuk melakukan percobaan penetapan bobot jenis, piknometer dibersihkan dengan menggunakan aquadest hingga kering. Jika masih terdapat air dalam piknometer maka akan mempengaruhi hasil penimbangan piknometer kosong, yang akhirnya juga mempengaruhi nilai bobot jenis sampel.

Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan dengan menggunakan beberapa zat cair yaitu minyak goreng, gliserin, akohol dan sirup marjan melon, diperoleh bobot jenis yang berbeda – beda dari masing – masing zat cair yang diuji. Hasil percobaan ini didapati bahwa bobot jenis untuk minyak kelapa adalah 0,9196 g/ml, bobot jenis alkohol adalah 0,9607 g/ml, bobot jenis untuk gliserin adalah 0,9062 g/ml dan bobot jenis untuk sirup adalah 1,370 g/ml. Berdasarkan literatur, bobot jenis untuk minyak kelapa adalah 0,903 g/ml,   bobot jenis untuk gliserin adalah 1,255 g/ml, bobot alkohol 0,8119 g/ml. Namun dari semua zat cair yang di ukur bobot jenisnya, sirup marjan melon memiliki bobot jenis yang paling berat dari yang lainnya.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi bobot jenis suatu zat adalah :

1. Temperatur, dimana  pada suhu yang tinggi senyawa yang diukur berat jenisnya dapat menguap sehingga dapat mempengaruhi bobot jenisnya, demikian pula         halnya pada suhu yang sangat rendah dapat menyebabkan senyawa membeku sehingga sulit untuk menghitung bobot jenisnya. Oleh karena itu, digunakan suhu dimana biasanya senyawa stabil, yaitu pada suhu 25oC (suhu kamar).

  1. 2.  Massa zat, jika zat mempunyai massa yang besar maka kemungkinan bobot jenisnya juga menjadi lebih besar.
  2. Volume zat, jika volume zat besar maka bobot jenisnya akan berpengaruh            tergantung pula dari massa zat itu sendiri, dimana ukuran partikel dari zat, bobot molekulnya serta kekentalan dari suatu zat dapat mempengaruhi bobot jenisnya.
  3. 4.  Kekentalan/viskositas suatu zat dapat juga mempengaruhi berat jenisnya. Hal ini dapat dilihat dari rumus :

V

Dari rumus tersebut, viskositas berbanding lurus dengan bobot jenis (d). Jadi semakin besar viksositas suatu zat maka semakin besar pula berat jenisnya.

Digunakannya parafin cair dalam penentuan kerapatan sejati karena asam borat tidak dapat larut dalam air, dan selain itu parafin cair dapat menutup semua pori asam borat.

Adapun perbedaan hasil ini kemungkinan disebabkan oleh :

  1. Kesalahan pembacaan skala pada alat
  2. Cairan yang digunakan sudah tidak murni lagi sehingga mempengaruhi bobot jenisnya
  3. Pengaruh suhu dari pemegang alat, juga berpengaruh pada alat
  4. Kesalahan-kesalahan praktikan seperti tidak sengaja memegang piknometer
  5. Pemanasan pada piknometer tidak sempurna, terdapat gelembung atu titik air dalam piknomter setelah dipanaskan.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

1 Kesimpulan

            Dari praktikum yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa :

  1. Kerapatan bulk dengan sampel asam borat kerapatan bulknya adalah 0,869 g/ml.
  1. Kerapatan mampat dengan sampel asam borat kerapatannya adalah 0,990 g/ml.
  2. Kerapatan sejati dengan sampel asam borat dan paraffin cair adalah 1,7418 g/ml.

Jadi nilai kerapatan asam borat (pada literatur) yang mendekati adalah nilai kerapatan asam borat pada kerapatan sejati.

  1. Bobot jenis untuk minyak kelapa adalah 0,9196 g/ml.
  2. Bobot jenis alkohol adalah 0,9607 g/ml.
  3. Bobot jenis untuk gliserin adalah 0,9062 g/ml.
  4. Bobot jenis untuk sirup melon marjan adalah

Jadi nilai bobot jenis yang paling berat diantara minyak kelapa, alkohol, gliserin dan sirup marjan melon adalah sirupmarjan melon.

2  SARAN

            Diharapkan untuk praktikum selanjutnya, lebih mengefektifkan waktu dengan membagi beberapa praktikum kepada masing-masing kelompok. Alat-alat laboratorium agar segera dilengkapi untuk menunjang jalannya praktikum.

 

 

 

SKEMA KERJA

  1. Menentukan Kerapatan Bulk

Ditimbang 10 g

 

Ukur volume-nya

Hitung kerapatan bulk

ASAM BORATSAM BORAT

 

  1. Menentukan Kerapatan Mampat

Ditimbang 10 g

 

Ukur volume-nya

Hitung kerapatan bulk

ASAM BORATSAM BORAT

 

W4

W3

W1

Menentukan Kerapatan Sejati

 

 

+ asam borat + paraffin cair

ditimbang

+ asam borat 2/3 bgn

ditimbang

ditimbang

 

 

 

 

W2

+ paraffin cair

 

 

 

Hitung kerapatan zat-nya

ditimbang

 

 

 

 

 

 

 

W3

W2

W1

Menentukan Bobot Jenis Cairan

 

 

W3

W3

W3

Hitung Bobot Jenis Cairan

+ gliserin

+ minyak kelapa

+ sirup

ditimbang

ditimbang

ditimbang

+ alkohol

ditimbang

+ air suling

ditimbang

ditimbang

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2013. Penuntun Praktikum Farmasi Fisika I. Universitas Muslim Indonesia

 

Ansel, C Howard. 2006. Kalkulasi Farmasetik. Penerbit Buku Kedokteran EGC : Jakarta

 

Ditjen POM.1979.”Farmakope Indonesia Edisi III”.:Jakarta

 

 

Martin,Alfred.1990.Farmasi Fisika I.Penerbit universitas Indonesia : Jakarta

 

Lachman,Leon.1994.’’Teori Dan Praktek Farmasi Industri’’.Jakarta:Universitas Indonesia.

 

 

 

 

 

 

LAPORAN pH DAN DAPAR

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Larutan penyangga atau larutan buffer merupakan suatu larutan yang dapat mempertahankan nilai pH tertentu. Adapun sifat yang paling menonjol dari buffer ini seperti pH buffer hanya berubah sedikit pada penambahan sedikit asam atau basa. Buffer yang bersifat asam memiliki pH kurang dari 7 sedangkan buffer basa memiliki pH lebih dari 7. Buffer yang bersifat asam biasanya terbuat dari asam lemah dan basa konjugatnya. Sedangkan buffer yang bersifat basa biasanya terbuat dari basa lemah dan asam konjugatnya. Bila larutan penyangga berasal dari asam lemah dengan garamnya tercampur sedikit asam kuat, maka asam kuat akan bereaksi dengan garamnya sehingga asam kuat akan diubah menjadi garam (bersifat netral) dan asam lemah. Sifat asam kuatnya menjadi sangat kecil. Bila ditambah sedikit basa kuat maka basa kuat ini menjadi sangat kecil, karena bereaksi dengan asamnya. Bila ditambah sedikit asam, komponen buffer yang bersifat basa akan mengikat ion H+ sehingga jumlah ion H+ tidak bertambah dan pH tidak menurun. Bila ditambahkan sedikt basa, komponen buffer yang bersifat asam akan mengikat ion OH sehingga jumlah ion OHtidak bertambah dan pH tidak meningkat. Buffer umumnya memiliki kapasitas penyangga dengan rentang 1 nilai pH diatas dan dibawah pH normal buffer tersebut.

B.Tujuan Praktikum

1.Menentukan pH beberapa zat cair

2.Membuat larutan dapar pada berbagai pH

3.Menghitung kapasitas dapar yang telah dibuat


 

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.Teori Umum

Larutan penyangga atau larutan buffer atau larutan dapar merupakan suatu larutan yang dapat menahan perubahan pH yang besar ketika ion – ion hidrogen atau hidroksida ditambahkan, atau ketika larutan itu diencerkan. Secara umum, larutan buffer mengandung pasangan asam – basa konjugat atau terdiri dari campuran asam lemah dengan garam yang mengandung anion yang sama dengan asam lemahnya, atau basa lemah dengan garam yang mengandung kation yang sama dengan basa lemahnya. Oleh karena mengandung komponen asam dan basa tersebut, larutan buffer dapat bereaksi dengan asam (ion H+) maupun dengan basa (ion OH) apa saja yang memasuki larutan. Oleh karena itu, penambahan sedikit asam ataupun sedikit basa ke dalam larutan buffer tidak mengubah pH-nya. Larutan penyangga dapat dibedakan atas larutan penyangga asam dan larutan penyangga basa. Apabila asam lemah dicampur dengan basa konjugasinya maka akan terbentuk larutan buffer asam, dimana larutannya mempertahankan pH pada daerah asam (pH 7) (Underwood, A.L., 2002 ).

Buffer fosfat adalah buffer netral dengan kisaran pH 7. Buffer fosfat dapat dibuat dengan menggunakan monosodium fosfat (NaH2PO4) dan basa konjugatnya yaitu disodium fosfat (Na2HPO4). Meskipun buffer fosfat juga merupakan larutan penyangga, namun kerja buffer ini tidak lebih baik dari cairan rumen dalam mempertahankan pH. Hal ini dikarenakan adanya proses saliviasi di dalam rumen. Saliva yang dihasilkan kelenjar ludah berperan sebagi buffer alami bagi rumen sehingga kemampuan mempertahankan pH rumen lebih bagus (Daintith, 2005).

Larutan penyangga atau larutan buffer atau larutan dapar merupakan suatu larutan yang dapat menahan perubahan pH yang besar ketika ion – ion hidrogen atau hidroksida ditambahkan, atau ketika larutan itu diencerkan. Buffer dapat dibagi menjadi 3 jenis sesuai kapasitasnya, yaitu buffer yang kapasitasnya 0, buffer yang kapasitasnya tak hingga, serta buffer yang kapasitasnya dibatasi sebanyak n. Buffer dengan kapasitas terbatas inilah yang disebut sebagai bounded-buffer (Underwood, 2002 ).

pH atau potensial hydrogen adalah ukuran keasama atau kebasaan dari larutan air. Air murni memiliki pH netral, yaitu mendekati 7 pada suhu 25 oC. larutan dengan pH kurang dari 7 disebut asam dan larutan dengan pH diatas 7 disebut basa atau alkali (Anonim, 2013).

pH dalam larutan kira sama dengan negative logaritma dari konsentrasi ion hidronium (H3O+). pH rendah menunjukkan tingginya konsentrasi ion hidronium sedangkan pH tingginya menunjukkan konsentrasi yang rendah (Anonim, 2013).

Teori tentang asam dan basa ada tiga yaitu (Anonim, 2013):

a.Arrhenius (Svante August Arrhenius)

Asam adalah suatu zat atau bahan yang bila dilarutkan dalam air akan melepaskan ion H+.

HA + H2O              H3O + A

Basa adalah suatu bahan/zat yang bila dilarutkan dalam air akan melepaskan ion OH.

BOH + H2O                             B+aq  + OH

b.Bronsted dan Lowry

Asam adalah baik ion atau molekul yang dapat melepaskan proton atau donor proton. Basa adalah baik ion atau molekul yang dapat menerima proton atau akseptor proton.

HCl     +    NH3                  NH4+   +    Cl

A1     B2                            A2             B1

Setiap asam atau basa mempunyai basa atau asam konjugasi.

A1 adalah asam dari basa konjugasi B1

B2 adalah basa dari asam konjugasi A2

c.Lewis

Asam adalah suatu spesies yang dapat menerima pasangan electron, sedangkan basa adalah suatu spesies yang dapat menyumbangkan pasangan elektronnya.

A    +   B                             A + B

A adalah asam karena dapat menerima electron dan B adalah basa karena dapat, menyumbangkan pasangan elektronnya.

Larutan dapar (buffer solution) merupakan nama lain  dari penyangga (Purpasari, 2010).

Dapar adalah senyawa-senyawa atau campuran senyawa  yang dapat meniadakan perubahan pH terhadap penambahan sedikit asam atau basa. Peniadaan perubahan Ph tersebut dikenal sebagai aksi dapar. Bila kedalam air larutan natrium klorida ditambahkan sedikit asam atau basa kuat, pH larutan akan berubah. Sistem semacam ini dikatakan tidak beraksi dapar (Martin, 1990).

Kombinasi asam lemah denga  basa  konjugasinya yaitu garamnya, atau basa lemah dengan asam konjugasinya bertindak sebagai dapar. Jika 1 mol 0,1 N larutan HCl ditambahkan kedalam 100 ml air murni, Ph  air akan turun dari 7 menjadi 3. Jika asam kuat ditambahkan ke 0,01 M larutan yang mengandung asam asetat dan natrium asetat dalam jumlah yang sama, Ph larutan itu hanyaberubah sebesar 0,09 satuan Ph, karena basa Ac mengikat ion hydrogen sebagai berikut  (Martin, 1990) :

Ac  + H3O+               HAc + H2O

Jika suatu basa kuat, NaOH misalnya ditambahkan kedalam campuran dapar itu, asam asetat akan menetralisir ion hidroksilnya.

Efek ion sejenis dan persamaa dapar untuk asam lemah dan garamnya. pH dari suatu larutan dapar dan perubahan pH larutan akibat penambahan asam atau basa dan dapat dihitung dengan menggunakan persamaan dapar. Pernyataan ini berkembang dengan mengenggap adanya pengaruh garam pada ionisasi asam lemah apabila garam dan  asam memilki ion sejenis (Martin, 1990).

Sebagai contoh ketika natriun asetat ditambahkan ke asam asetat, tetapan disosiasi asam lemah itu (Martin, 1990) :

[ H3O+]   [ Ac]

Ka =                             = 1,75 x 10-5

[ HAc]

Untuk asetat lamanya terganggu, karena ion asetat yang diberikan oleh garam meningkatkan   Ac–     di pembilang. Untuk mencapai harga Ka yang konstan pada 1,75 x 10-5 ion hydrogen  H3O+    di pembilang segera berkurang, diikuti peningkatan  HAc  . Dengan demikian, tetapan Ka tidak berubah dengan kesetimbangan bergerak kearah reaktan. Akibatnya ionisasi asam asetat.

Bila ke dalam air atau larutan natrium klorida ditambahkan dengan sedikit asam atau basa kuat, pH larutan akan berubah. Sistem semacam ini dikatakan tidak beraksi dapar.

Larutan dapar terdiri dari dua tipe yaitu (Mirawati, 2011):

  1. Asam lemah dengan basa konyugasinya (garamnya).
  2. Basa lemah dengan asam konyugasinya (garamnya).

Mekanisme sebagai pendapar dapat digambarkan oleh larutan dapar asam asetat (CH3COOH) dan natrium asetat (CH3COONa), bila ditambahkan basa (OH) maka reaksi yang terjadi adalah (Mirawati, 2011):

CH3COOH  +  OH                CH3COO  +  H2O

Bila yang ditambahkan dalam larutan adalah asam (H+) maka reaksi yang terjadi adalah :

CH3COONa  +  H+                  CH3COOH  +  Na+

Faktor-faktor yang mempengaruhi pH larutan dapar. Penambahan garam-garam netral ke dalam larutan dapar mengubah pH larutan dengan berubahnya kekuatan ion. Temperatur juga berpengaruh terhadap larutan-larutan dapar. Kolthff dan Takelenburg menyatakan istilah koefisien temperatur pH yaitu perubahan pH akibat pengaruh temperatur. pH dapar asetat dijumpai meningkat dengan naiknya temperatur sedang pH dapar asam borat-natrium borat turun (Martin, 1990).

Buffer fosfat adalah buffer netral dengan kisaran pH 7. Buffer fosfat dapat dibuat dengan menggunakan monosodium fosfat (NaH2PO4) dan basa konjugatnya yaitu disodium fosfat (Na2HPO4). Meskipun buffer fosfat juga merupakan larutan penyangga, namun kerja buffer ini tidak lebih baik dari cairan rumen dalam mempertahankan pH. Hal ini dikarenakan adanya proses saliviasi di dalam rumen. Saliva yang dihasilkan kelenjar ludah berperan sebagi buffer alami bagi rumen sehingga kemampuan mempertahankan pH rumen lebih bagus (Daintith, 2005).

NaOH (Natrium Hidroksida) berwarna putih atau praktis putih, massa melebur, berbentuk pellet, serpihan atau batang atau bentuk lain. Sangat basa, keras, rapuh dan menunjukkan pecahan hablur. Bila dibiarkan di udara akan cepat menyerap karbondioksida dan lembab. Kelarutan mudah larut dalam air dan dalam etanol tetapi tidak larut dalam eter. Titik leleh 318°C serta titik didih 1390°C. Hidratnya mengandung 7; 5; 3,5; 3; 2 dan 1 molekul air (Daintith, 2005).

NaOH membentuk basa kuat bila dilarutkan dalam air, NaOH murni merupakan padatan berwarna putih, densitas NaOH adalah 2,1 . Senyawa ini sangat mudah terionisasi membentuk ion natrium dan hidroksida (Keenan dkk., 1989).

pH atau potensial Hydrogen adalah ukuran keasaman atau kebasaan dari larutan air. pH dalam larutan kira-kira sama dengan negative logaritma dari konsentrasi ion hidronium ( H3O+). pH rendah menunjukkan tingginya konsentrasi ion hidronium  sedangkan pH tinggi menunjukkan konsentrasi yang rendah  (Anonim, 2011).

pH  =  – log10(H+) =  log +

Istilah pH merupakan singkatan dari ‘’daya H’’ (power of Hydrogen). Semakin rendah pHnya, makin besar konsentrasi ion hidrogennya. Larutan netral memiliki pH 7, sedangkan keasaman maksimal dalam larutan berpelarut air adalah pH 1. Nilai pH diatas 7 mengidentifikasikan larutan basa sedangkan kebasaan maksimal dilambangkan dengan pH 14 (George, 2005).

Untuk mempertahankan pH dalam rentang fisiologis yang sempit, kapasitas pendapar jangka pendek harus menetralkan asam-asam yang dihasilkan, dan tindakan-tindakan korektif jangka panjang harus menghilangkan asam secara permanen, tetapi secara terus-menerus (Ronald, 2004).

Teori tentang asam dan basa ada 3 yaitu (Anonim,2011) :

1. Arrhenius (Svante August Arrhenius)

Asam adalah suatu zat/bahan yang bila dilarutkan dalam air akan melepaskan ion H+

HA  +  H2O           H3O  +  A

Basa adalah suatu bahan/zat yang bila dilarutkann dalam air akan melepaskan ion OH

BOH  +  H2O              B+aq  +  OH

2. Bronsted dan Lowry

Asam adalah baik ion atau molekul yang dapat melepaskan  proton atau donor proton. Basa adalah baik ion atau molekul yang dapat menerima proton atau akseptor proton.

HCl  +  NH3              NH4+  +  Cl

Setiap asam atau basa mempunyai basa atau asam kunjugasi. (Anonim, 2011).

3. Lewis

Asam adalah suatu sepsis yang dapat menerima pasangan electron, sedang basa adalah suatu spesies yang dapat menyumbangkan pasangan elektronnya. (Anonim,2011).

Metode yang umum digunakan dalam penentuan pH ada dua yaitu (Anonim, 2011) :

Sistem dapar yang dipilih seharusnya memiliki kemampuan yang cukup untuk menjaga pH selama jangka waktu yang telah ditentukan sesuai dengan jangka kestabilan dan sediaan (Anonim, 2011).

Cara menghitung jumlah bahan yang digunakan dalam pembuatan bahan adalah dengan menggunakan persamaan Henderson-Hasselbach sebagai berikut (Anonim, 2011) :

  1. Asam lemah dengan basa konjugasinya
  2. Basa lemah dengan basa konjugasinya (garamnya).

Mekanisme sebagai pendapar dapat digambarkan oleh larutan dapar asam asetat (CH3COOH) dan natrium asetat. Cara menghitung jumlah bahan yang digunakan dalam pembuatan bahan adalah dengan menggunakan persamaan Henderson-Hasselbach sebagai berikut (Ronald, 1995):

  1. Untuk asam :

pH = pKa+log garam/ asam

  1. Untuk basa :

pH= pKa+ log basa/garam

 

 

B.Uraian Bahan

1. Air suling (Ditjen POM, 1979)  
  Nama resmi : Aqua destillata  
  Nama lain : Aquadest  
  RM / BM : H2O / 18,02  
  Bobot jenis : 0,997 g/ml (250C)  
  Pemerian : Cairan jernih; tidak berwarna; tidak berbau; tidak mempunyai rasa  
  Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik  
  Kegunaan : Sebagai pelarut  
2. HCl (Ditjen POM, 1979)  
  Nama resmi : Acidum Hydrochloridum  
  Nama lain : Asam klorida  
  RM / BM : HCl / 34,46  
  Pemerian : Cairan, tidak berwarna, berasap, bau merangsang  
  Kelarutan : Larut dalam air  
  Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik  
  Kegunaan : Sebagai sampel  
         
  3 Natrium Hidroksida ( Ditjen POM, 1979)
    Nama resmi : NATRII HYDROXYDUM
    Nama lain : Narium Hidroksida
    Rumus molekul : NaOH
    Berat molekul : 40,00
    Pemerian : Bentuk batang, butiran, massa hablur atau keeping, kering, keras, rapuh dan menunjukkan susunan hablur; putih, mudah meleleh basah.
    Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air.
    Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
    Kegunaan : Sebagai zat tambahan
  4 Asam asetat (Ditjen POM , 1979)
Nama Resmi : ACIDUM ACETICUM
Nama lain : Asam asetat
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, bau menusuk, rasa asam, tajam.
Kelarutan :  Dan Dapat campur dengan air, dengan etanol (95%) P dan dengan gliserol P.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Sebagai sampel.


 

BAB III

CARA KERJA

A.Alat dan Bahan

  1. 1.  Alat

Adapun alat yang digunakan adalah batang pengaduk, botol semprot, erlenmeyer, gelas kimia, pH meter dan pipet tetes.

  1. 2.  Bahan

Adapun bahan yang digunakan adalah aluminium foil, aquades, kertas pH universal,  larutan HCl 1,0 M;0,1 M;0,01 M;0,001 M larutan NaOH 1,0 M;0,1 M;0,01 M;0,001 M dan tissue.

B.Langkah Kerja

a. pH larutan asam atau basa

1. Dihitung pH larutan dibawah ini :

  • Larutan HCl 1,0 M ; 0,1 M ; 0,01 M dan 0,001 M
  • Larutan NaOH 1,0 M ; 0,1 M ; 0,01 M dan 0,001 M

2. Kemudian diukur pH larutan diatas menggunakan pH meter dan kertas pH universal, kemudian dibandingkan dengan hasil hitungan.

b. Membuat larutan dapar

1. Dihitung dan ditentukan pH larutan dapar dari 50 ml natrium hidroksida 0,1 M dan 50 ml asam asetat 0,2 M.

2. Kemudian dibuat larutan dapar tersebut.

3. Diukur pH larutan dapar tersebut.

4. Dihitung kapasitas dapar larutan tersebut.

5. Dibuktikan kemampuan dapar yang dibuat dengan menambahkan  HCl 0,1 M dan NaOH 0,1 M kedalam larutan dapar, kemudian diukur kembali pHnya.


 

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A.Hasil dan Perhitungan

1.Menentukan pH beberapa zat cair

 

Nama zat cair

pH hasil perhitungan

pH cairan

pH meter

Kertas pH

HCl 0,001 M

3

3,14

5

HCl 0,01 M

2

2,06

3

HCl 0,1 M

1

1,02

1

HCl 1,0 M

0

0

0

NaOH 0,001 M

11

10,03

9

NaOH 0,01 M

12

11,67

11

NaOH 0,1 M

13

12,63

13

NaOH 1,0 M

14

13,13

14

 

2.pH Dapar

 

Jenis dapar

Dapar asetat

pH dapar hasil perhitungan

5,061

 

pH dapar hasil pengukuran

4,04

 

Kapasitas dapar

0,007

 

pH dapar setelah penambahan basa

4,07

 

 


 

Perhitungan

1.Larutan HCl :

HCl 0,001 M

pH= – log [H+]

= – log 10-3

= 3

HCl 0,01 M

pH= – log [H+]

      = – log 10-2

= 2

HCl 0,1 M

pH= – log [H+]

     = – log 10-1

= 1

HCl 1,0 M

pH= – log [H+]

      = – log 1

=  0

 

Larutan NaOH :

NaOH 0,001 M

pH=14 – ( – log [OH])

= 14 – (- log 10-3)

= 11

NaOH 0,01 M

pH= 14 – ( – log [OH])

      = 14 – ( – log 10-2)

= 12

NaOH 0,1 M

pH= 14 – ( – log [OH])

     = 14 – ( – log 10-1)

= 13

NaOH 1,0 M

pH= 14 – ( – log [OH])

      = 14 – ( – log 1)

=  14

 

 

CH3COOH + NaOH CH3COONa + H2O

10 mmol         5 mmol           0

 

5 mmol           5 mmol           –

 

 

5 mmol           0                      5 mmol

[CH3COOH]   =

= 0,05 M

[CH3COONa] =

= 0,1 M

pH = pKa + log

= 4,76 + log

= 4,76 + 0,301

= 5.061

C = [garam] + [asam]

= 0,05 + 0,1

= 0,15

[H3O+]= antilog (-pH)

= antilog (-5,06)

= 8,68 x 10-6

Ka = antilog pKa

= antilog -4,76

= 1,7 x 10-5

β   = 2,3C x

= 2,3 x 0,15 x

= 0,345 x

=

=

=

=0,077

 

 

 

B.Pembahasan

pH atau potensial hydrogen adalah ukuran keasaman atau kebasaan dari larutan air. Air murni memiliki pH netral, yaitu mendekati 7 pada suhu 250 C, larutan dengan pH kurang dari 7 disebut asam dan larutan dengan pH diatas 7 disebut basa atau alkali.

Dapar adalah larutan yang dapat mempertahankan harga pH tertentu terhadap usaha mengubah pH seperti penambahan asam, basa atau pengenceran.

Pada praktikum kali ini dilakukan dua percobaan yaitu menentukan beberapa pH zat cair dan membuat larutan dapar. Adapun langkah-langkah yang dilakukan yaitu dalam percobaan menentukan beberapa pH zat cair, pertama-tama dimasukkan zat cair ke dalam gelas kimia, kemudian diukur pHnya dengan menggunakan kertas pH  universal dan pH meter.

Pada percobaan kedua yaitu pertama- tama dihitung jumlah asam dan garamnya yang akan ditimbang, kemudian dibuat larutan dapar sesuai hasil yang diperoleh, kemudian diukur pH dari larutan yang dibuat dan dihitung kapasitas daparnya.

Dari perlakuan tersebut, untuk percobaan menentukan pH beberapa zat cair diperoleh hasil dengan menggunakan pH meter dan kertas pH yaitu HCl 0,001 M pHnya 5 dengan kertas pH dan 3,14 dengan pH meter, pH hasil perhitungan 3, HCl 0,01 M pHnya 3 dengan kertas pH dan 2,06 pH meter, pH hasil perhitungan 2, HCl 0,1 M pHnya 1 dengan kertas pH dan 1,02 pH meter, pH hasil perhitungan 1, HCl 1 M pHnya 0 dengan kertas pH dan 0 dengan pH meter, pH hasil perhitungan 0. NaOH 0,001 M pHnya 10 dengan pH meter dan 9 dengan kertas pH, pH hasil perhitungan 11, NaOH 0,01 M pHnya 11 dengan kertas pH dan 11,67 dengan pH meter, pH hasil perhitungan 12, NaOH 0,1 M pHnya 13 dengan kertas pH dan 12,63 dengan pH meter, pH hasil perhitungan 13, NaOH 1,0 M pHnya 13,13 dengan pH meter dan 14 dengan kertas pH dan pH hasil perhitungan 14.

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, diperoleh hasil yang sesuai dengan literature bahwa penambahan sedikit asam dan sedikit basa hanya menggeser sedikit harga pH dan hal itu dapat diabaikan.

Dalam pengukuran pH baik melalui pH meter maupun kertas Universal, memiliki nilai pH yang berbeda, hal ini disebabkan karena :

  1. pH meter yang digunakan  tidak bekerja dengan baik, sehingga menimbulkan perbedaan dengan kertas Universal.
  2. Alat-alat yang digunakan telah terkontaminasi dengan senyawa-senyawa lain.
  3. Kurang telitinya pengamat dalam mengamati nilai pH larutan.

Aplikasi pH dan dapar dalam bidang Farmasi yaitu untuk dapat membuat obat dengan menggunakan prinsip larutan penyangga sehingga obat yang dihasilkan lebih baik dan dapat menimalisir efek samping obat tersebut.

BAB V

PENUTUP

A.Kesimpulan

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa pada percobaan menentukan pH beberapa zat cair diperoleh hasil pengukuran untuk HCl 0,001M  pHnya dengan kertas pH 5 dan dengan pH meter 3,14. HCl 0,01 M pHnya dengan kertas pH 3 dan dengan pH meter 2,06. HCl0,1 M pHnya dengan kertas pH 1 dan dengan pH meter 1,02. HCl 1 M pHnya dengan kertas pH 0 dan dengan pH meter 0. NaOH  0,001 M pHnya dengan kertas pH 9 dan dengan pH meter 10. NaOH 0,01 M pHnya dengan kertas pH 11 dan dengan pH meter 11,67. NaOH 0,1 M pHnya dengan kertas pH 13 dan dengan pH meter 12. NaOH 1,0 M pHnya dengan kertas pH 14 dan dengan pH meter 13,13.

Sedangkan pada percobaan membuat dapar diperoleh pH dapar hasil perhitungan 5,061, pH dapar hasil pengukuran yaitu 4,04. Sedangkan kapasitas daparnya adalah 0,077 dimana dengan penambahan sedikit asam atau basa dapat mempertahankan pH dari sediaan.

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, diperoleh hasil yang sesuai dengan literatur bahwa penambahan sedikit asam dan sedikit basa hanya menggeser sedikit harga pH dan hal itu dapat diabaikan.

B.Saran

  1. Alat dan bahan yang akan digunakan dalam praktikum agar lebih dilengkapi lagi.
  2. Terima kasih kepada asisten yang telah membantu kami dengan baik sehingga terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan.

 


 

DAFTAR PUSTAKA

 

Anonim . 2011.     Penuntun    Praktikum    Farmasi   Fisika   I.   Universitas  Muslim Indonesia. Makassar

 

Anonim. 2013. Penuntun Praktikum Farmasi Fisika 1. Universitas Muslim Indonesia : Makassar.

 

Daintith, J., 2008, Kamus Lengkap Kimia, Erlangga, Jakarta

 

Day, R.A & A.L.Underwood. 2002. Analisis kimia Kuantitatif, diterjemahkan oleh iis Sopyan. Erlangga. Jakarta.

 

Ditjen, POM. 1979. Farmakope Indonesia, Edisi III. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta

 

Ditjen POM. 1995. Farmakope Indonesia; Edisi IV. Departemen Kesehatan RI: Jakarta

 

Fried, H. George. 2005. Schaum’s Outlines: Tss Biologi Edisi 2. Erlangga. Jakarta

Martin, A., dkk. 1990. Farmasi Fisika, Edisi III. UI Press : Jakarta

 

Sacher, A. Ronald. 2004. Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan, Laboratorium. EGC. Jakarta

 

Keenan, C.W., Kleinfelter, D.C., dan Wood, J.H., 1989,Ilmu Kimia untuk Universitas: Edisi Keenam, Erlangga, Jakarta.

 

Puspasari, D., dan Setyorini, D. 2010.Kamus Lengkap Kimia. Dwimedia Press : Jakarta

 

Underwood. 2002.  “Analisis kimia Kuantitatif”.  Erlangga : Jakarta.

 

 

SKEMA KERJA

  1. Menentukan pH beberapa zat cair

Menghitung pH larutan HCl dan NaOH 1,0 M; 0,01 M; 0,01 M; 0,001 M

Diukur pH larutan dengan pH meter dan kertas pH

Dibandingkan dengan hasil hitungan

  1. Membuat larutan dapar

Dihitung dan ditentukan pH larutan dapar dari 50 ml NaOh 0,1 M  dan 50 ml asam aetat 0,2 M

Dibuat larutan dapar dan diukur pH nya

 

Dihitung kapasitas dapar larutan

 

Dibuktikan kemampuan dapar yang dibuat dengan menambahkan HCl 0,1 M dan NaOH 0,1 M kedalam larutan dapar

 

Diukur kembali pHnya